POSTINGAN

Monday, 1 February 2016

MATERI DASAR TEKNIK PANJAT TEBING

I.                    SEJARAH FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA
            FPTI didirikan pada tanggal 21 April 1988, dengan dukungan beberapa pengurus cabang serta pengurus daerah lain. Dengan tujuan menciptakan pemanjat indonesia yang mampu berprestasi baik ditingkat nasional maupun internasional.
Sebagai pendamping pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan panjat tebing indonesia, FPTI berada di bawah koordinasi Menteri Pemuda dan Olah raga sesuai rapat Paripurna Nasional I tahun 1991, Tahun 1992 sudah direncanakan menjadi anggota Komite Olahraga Nasional (KONI) dan Union Internasional Des Associations D`Alpinisme (UIAA)

      II.            ETIKA DALAM PEMANJATAN
Pada dasarnya Pemanjat Tebing dimanapun itu paling alergi dengan peraturan-peraturan yang resmi. Inilah uniknya dari olahraga yang satu ini, Olahraga ini tidak membutuhkan aturan tertulis dibandingkan dengan olahraga yang lain.
Namun pada perkembangannya ketika panjat dinding mulai berkembang menyamai olahraga panjat tebing alam sehingga diperlukan aturan yang tertulis. Untuk itu di bentuk aturan pertandingan yang `Fair` yang aturan tersebut dibuat dan disesuaikan dengan kondisinya. Maka diciptakan kata `Kode Etik` yang merupakan adaptasi dari kata `peraturan`.
Adapun isi Kode etik tersebut adalah sebagai berikut :
1.       Pemanjatan pertama mungkin meliputi pembersihan seminimum mungkin tanaman dan batuan asli yang lepas dari titik penambatan untuk turun. Merusak pegangan dan pijakan tidak diperkenankan.
2.       Pemakaian Piton harus di jaga seminimum mungkin.
3.       Pemakaian bor hanya digunakan sebagai alternatif terakhir.
4.       Pemakaian Magnesium hanya digunakan ketika dibutuhkan.
5.       Dalam suatu kasus ketika pemanjatan jatuh, pemanjat tersebut harus turun ke tempat pengaman terakhir, dan ia dapat beristirahat di tebing dan dapat kembali melanjutkan pemanjatan.
6.       Bergantung ditali sesudah jatuh disebut `Hand Dogging`, dan jatuh dari runner disebut`yoyoing`.  

    III.            DEFINISI PANJAT TEBING/ROCK CLIMBING
Pada dasarnya Panjat Tebing adalah suatu olahraga yang mengutamakan kelenturan dan kekuatan tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik menggunakan Peralatan maupun tidak dalam menyiasati tebing itu sendiri dengan memanfaatkan cacat batuan.


    IV.            KATEGORI TEBING BERDASARKAN BENTUKNYA
1.       Face yaitu Permukaan tebing yang berbentuk datar.
2.        Hang yaitu Bentuk sisi miring pada tebing.
3.        Roof yaitu relief tebing yang berbentuk seperti teras terbalik.
4.       Top yaitu puncak Tebing.
      V.            PELAKU DALAM PEMANJATAN
 Climber yaitu Orang yang melakukan Pemanjatan
1.    Belayer yaitu orang yang mengamankan pemanjat
    VI.            MOTTO PANJAT TEBING
2.    Otak yaitu seorang pemanjat membutuhkan keterampilan khusus dalam penguasan tehnik-tehnik pemanjatan dan peralatan.
3.    Otot yaitu seorang pemanjat membutuhkan kekuatan khusus dalam pemanjatan dengan ini di butuhkan latihan-latihan seperti latihan fisik, beban dan senam kebugaran panjat tebing.
4.      Hoki yaitu keberuntungan dalam pemanjatan baik itu keselamatan maupun suksesnya pemanjatan.
  VII.            ABA-ABA DALAM PEMANJATAN
1.       On Belay yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang pemanjat bahwa ia telah melakukan pemanjatan.
2.        Belay On yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang Belayer bahwa ia telah siap melakukan Pemanjatan.
3.        Full yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada Belayer untuk mengencangkan tali pemanjatan.
4.       Slag yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada seorang belayer untuk mengendurkan Tali pemanjatan.

VIII.            SISTEM PEMANJATAN
1.       Alpine Tactics yaitu Sistem Pemanjatan yang ditempuh dengan tujuan mencapai puncak dengan membawa seluruh prlengkapan dan Peralatan pemanjatan biasanya climber bermalam diatas tebing/Flying Camp, tanpa kembali lagi ke shelter induk. Biasanya pada sistem ini seorang climber harus mempunyai kemampuan khusus dalam penguasaan tehnik-tenhik pemanjatan karena resiko pemanjatannya sangat tinggi.
2.       Himalayan Tactics yaitu Sistem pemanjatan yang dilakukan setahap demi setahap hingga mencapai puncak tanpa membawa seluruh perlengkapannya dan pemanjat kembali ke shelter induk.

    IX.            TEHNIK PEMANJATAN
1.       Free Climbing yaitu Tehnik memanjat yang hanya menggunakan keterampilan tangan dan kaki, sedangkan peralatan hanya digunakan untuk mengamankan diri pemanjat itu sendiri bila jatuh dan tidak digunakan untuk menambah ketinggian. Biasanya digunakan pada lomba memanjat.
2.       Bouldering yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan pada tebing-tebing pendek secara rutinitas, biasanya dilakukan untuk melatih kemampuan seorang climber.
3.       Soloing yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan baik tebing pendek ataupun tinggi dengan sendiri tanpa menggunakan peralatan.
4.       Aid (Artificial) Climbing yaitu biasanya pada tehnik pemanjatan ini, pemanjat menggunakan secara langsung peralatan untuk menambah ketinggian pemanjatannya. Biasanya digunakan pada pembuatan jalur.

      X.            GERAKAN MEMANJAT
Ada beberapa jenis gerakan yang digunakan pada dinding vertikal :
1.       Lay Back yaitu diantara dua tebing yang membentuk sudut tegak lurus, sering dijumpai retakan yang memanjang dari bawah ke atas. Gerakan ke atas untuk kondisi tebing seperti ini adlah dengan mendorong kaki pada tebing dihadapan kita dan menggeser-geserkan tangan pada retakan tersebut keatas secara bergantian pada saat yang sama. Gerakan ini sangat membutuhkan tenaga yang sangat besar.
2.       Chimey yaitu bila kita menemui dua tebing berhadapan yang membentuk suatu celah yang cukup besar untuk memasukkan tubuh, cara yang dilakukan adalah dengan menyandarkan tubuh pada tebing yang satu dan menekan atau mendorong kaki dan tangan pada dinding yang lain. Chimey terbagi atas beberapa macam yaitu Wriggling, Backing Up dan Bridging.
3.       Wriggling yaitu dilakukan pada celah yang tidak terlalu luas sehingga hanya cukup untuk tubuh saja.
4.       Backing Up yaitu dilakukan pada celah yang sangat luas, sehingga badan dapat menyusun dan bergerak lebih bebas.
5.       Bridging yaitu dilakukan pada celah yang sangat lebar sehingga hanya dapat dicapai apabila merentangkan kaki dan tangan selebar-lebarnya. 
6.       Traversing yaitu gaya pemanjatan yang dilakukan ke kiri ataupun ke kanan pada saat melakukan perpindahan gerak jalur pemanjatan.
7.       Undercling yaitu dilakukan apabila menghadapi pegangan terbalik, dimana tangan memegangnya secara terbalik dan menarik badan keluar, kemudian kaki naik mendorong badan keluar. Antara dorongan kaki dan tangan saling berlawanan arah sehingga dapat menimbulkan gerakan keatas.
8.       Cheval yaitu dilakukan pada batu yang yang biasa disebut punggungan (arete), pemanjat yang menggunakan cara ini mula-mula dudk seperti penunggang kuda pada arete, lalu dengan kedua tangan menekan bidang batu dibawahnya, ia mengangkat atau memindahkan tubuhnya keatas atau kedepan.
9.       Slab Climbing yaitu pemanjatan yang dilakukan pada tebing licin yang kondisinya tidak terlalu curam.
10.   Mantleshelf yaitu dilakukan apabila menghadapi suatu tonjolan datar (flat) yang luas sehingga dapat menjadi bidang untuk berdiri.


    XI.            JENIS PIJAKAN
1.       Friction step yaitu cara menempatkan kaki pada permukaan tebing dengan menggunakan bagian bawah sepatu (sol) dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
2.       Edging yaitu cara kerja kaki dengan menggunakan sisi luar kaki (sepatu). Normalnya daerah penggunaan edging pada kaki sebelah kiri.
3.       Smearing yaitu tehnik berdiri pada seluruh pijakan di tebing.
4.       Heel Hooking yaitu tehnik yang digunakan untuk mengatasi pijakan-pijakan yang menggantung ataupun sulit dijangkau oleh tangan, Dengan kata lain kaki dapat di gunakan sebagai pengganti tangan.
  XII.            JENIS PEGANGAN
1.       Open grip yaitu pegangan biasa yang mengandalkan tonjolan pada tebing, biasanya di tonjolan tebing yang agak datar dan lebar.
2.       Cling grip (I) yaitu jenisnya sama dengan di atas namun pegangannya agak sedikit lebih kecil dan mirip dengan mencubit.
3.       Cling grip (II) yaitu jenisnya sama dengan diatas tetapi ditambah dengan menggunakan ibu jari untuk menahan kekuatan tangan.
4.       Vertikal grip yaitu pegangan veritkal yang menggunakan berat badan untuk menariknya kebawah.
5.       Pocket grip yaitu pegangan yang biasa digunakan pada tebing batuan limestone (kapur) yang sering banyak lubang.
6.       Pinch grip yaitu  pegangan yang digunakan untuk memegang tonjolan pada tebing, bentuknnya seperti mencubit.
XIII.            PERALATAN PANJAT TEBING
1.       Tali/Carnmantel berfungsi sebagai pengaman pemanjat apabila terjatuh.
2.       Webbing.
3.       Carabiner
4.       Piton
5.       Runners
6.       Prusik/sling
7.       Harness
8.       Hammer
9.       Tangga
10.   Chock stopper
11.   Chock hexentric
12.   Friend
13.   Tri Cam
14.   Bolt
15.   Jummar
16.   Helm
17.   Sky Hook/Fifi Hook

18.   Chalk bag


COPALA Indonesia "Communitas Pecinta Alam Indonesia"

Terima Kasih Telah Berkuncung Ke Blog Kami, Tolong Berikan Saran Dan Keritik Anda Biar Untuk Pemacu Semangat Dan Membangun Kami Menjadi Lebih Baik Lagi Di Masa Yang Akan Datang. Salam Lestari...??? COPALA "Bersama Untuk Indonesia"
0 Comments
Tweets
Comments

Post a Comment

 
Copyright © 2016 COPALA Indonesia