POSTINGAN

Twitter

Fanspage

Latest Posts

Monday, 1 February 2016

PATAH TULANG

Pengetian
Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang

Gejala dan tanda patah tulang :
- Perubahan bentuk
- Nyeri dan kaku
- Terdengar suara berderik pada daerah yang patah
- Terjadinya pembengkakan
- Adanya memar
- Ujung tulang terlihat
- Adanya gangguan peredaran perdarahan

Jenis Patah Tulang
1. Patah tulang terbuka
• Bagian tulang yang patah berhubungan dengan udara luar
2. Patah tulang tertutup
• Bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan udara luar

Pembidaian
Pemakaian suatu alat Bantu untuk menghindari pergerakan, melindungi dan menstabilkan bagian tubuh yang cedera.

Tujuan Pembidaian
1. Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi cidera yang baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Mengistirahatkan anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi perdarahan
6. Mempercepat penyembuhan

Pedoman umum pembidaian
1. Sampaikan rencana tindakan kepada penderita
2. Pastikan bagian yuang cedera dapat dilihat dan rawat perdarahan bila ada
3. Nilai gerakan sensasi-sirkulasi pada bagian daerah luka sebelum menggerakan pembidaian
4. Siapkan alat seperlunya ( bidai dan, mitella )
5. Upayakan tidak mengubah posisi yang cidera
6. Jangan memasukan bagian tulang yang patah
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah
8. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar
9. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari sendi yang banyak bergerak
10. Selesai dilakukan pembidaian dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemerikasaan GSS yang pertama

Langkah – langkah penanganan pada patah tulang :
1. Lakukan penilaian dini
2. Lakukan pemeriksaan Fisik
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual
4. Upayakan yang diduga patah dapat dilihat
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada
6. Siapkan alat-alat seperlunya ( bidai dan mitella )
7. LAKUKAN PEMBIDAIAN……!!!
8. Kurangi rasa sakit
9. Baringkan penderita pada posisi yang sakit.


Mekanika Tubuh


Mekanika Tubuh
Mekanikan Tubuh menggunakan gerakan tubuh penolong yang baik dan benar untuk memudahkan pengangkatan dalam pemindahan penderita.

Tujuan :
- Menghindari terjadinya cedera pada penolong


Prinsip dasar pemindahan penderita :
1. Jangan dilakukan jika tidak perlu
2. Melakukan sesuai dengan cara yang benar
3. Kondisi Fisik Penolong harus baik dan terlatih

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemindahan penderita :
1. Nilai kesulitan yang mungkin terjadi pada saat pemindahan
2. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan penderita
3. Jangan memindahkan dan mengangkat penderita jika tidak mampu
4. Gunakan otot tungkai, panggul serta otot perut. Hindari mengangkat dengan otot punggung dan membungkuk.
5. Jaga keseimbangan
6. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat memindahkan dan mengangkat korban.
7. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap

Pemindahan Penderita
Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita, pemindahan penderita digolongakan menjadi 2 bagian :
1. Pemindahan Darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan
penolong. Contoh :
- Ancaman Kebakaran
- Ancaman Ledakan
- Ancaman Bangunan runtuh
- Ancaman mobil terguling bensin tumpah
- Adanya bahan-bahan berbahaya
- Orang sekitar yang berprilaku aneh
- Kondisi cuaca yang buruk

Contoh Cara pemindahan Darurat :
- Tarikan lengan
- Tarikan Bahu
- Tarikan Baju
- Tarikan selimut

2. Pemindahan Biasa
Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita maupun penolong.

Tehnik angkat langsung dengan tiga penolong :
1. ke tiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita , jika memungkinkan beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera
2. penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan bahu, lengan yang satu disisipkan dibawah punggung penderita
3. penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong penderita
4. penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah lutut penderita
5. penderita siap diangkat dengan satu perintah
6. angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan
7. sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong yang lain
8. letakkan kembali penderta diatas tandu dengan satu perintah yang tepat
9. jika akan berjalan tampa memakai tandu, dari langkah no 6 teruskan dengan memiringkan penderita ke dada penolong
10. berdiri secara bersamaan dengan satu perintah
11. berjalanlah kearah yang dikehendaki dengan langkah bertahap

Tehnik mengangkat tandu
Penolong dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat tandu
1. tempatkan kaki pada jarak yang tepat
2. punggung harus tetap lurus
3. kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap menghadap kedepan dalam posisi netral
4. genggamlah pegangan tandu dengan baik
5. pada saat mengangkat punggung harus tetap terkunci sebagai poros dan kekuatan konstraksi otot seluruhnya pada otot tungkai
6. saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas pada urutan selanjutnya.

TEKNIK JUNGLE SURVIVAL



Secara umum, materi materi yang ada di dalam pendidikan dasar seorang pencinta alam adalah untuk bertahan hidup. Entah itu mounteneering, panjat tebing, psikologi alam bebas, konservasi sumber daya alam, PPGD, dan lain lain.

Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini saya ingin menuliskan tentang beberapa teknik bertahan hidup di alam bebas. Tulisan ini saya sarikan dari beberapa sumber, diantaranya dari materi Pendidikan Dasar Mahadipa dan materi DIKLATSAR SWAPENKA.


Kembali pada Teknik Jungle Survival, secara umum teknik ini dibagi menjadi dua macam tindakan. Tindakan yang pertama adalah tindakan secara umum atau biasa dikenal oleh para pencinta alam dengan teori STOP. Tindakan berikutnya adalah tindakan pada saat terjadi musibah. Baiklah, mari kita mulai membicarakan tentang beberapa tindakan secara umum.


Tindakan Umum


Dalam menghadapi situasi yang sulit berusahalah untuk tetap tenang, istirahat yang cukup, perhatikan kondisi tubuh. Dan ingat pedoman STOP

S = Stop, berhenti dan beristirahat
T = Thinking, berfikir dan menyadari masalah yang dihadapi
O = Observe, mengamati keadaan sekeliling
P = Planning, membuat rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan.


Problem yang dihadapi seseorang akan lebih banyak daripada berkelompok, karena semua resiko yang akan terjadi hanya dihadapi sendirian. Jangan bertindak sendiri sendiri jika survivor lebih dari satu orang.

Adanya pembagian tugas dan kerjasama kelompok dapat menghemat waktu dan tenaga. Demikian juga masalah psikologis akan lebih teratasi.

Tumbuhkan rasa kebersamaan berkelompok dan toleransi antar individu. Pilih salah seorang yang dianggap mampu untuk jadi pemimpin. Buatlah rencana dan ambil keputusan berdasarkan musyawarah.

Tindakan Saat Musibah

Beberapa pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk tetap tinggal di lokasi dan menunggu pertolongan tim SAR adalah :

Survivor mengetahui bahwa telah terindeks oleh hubungan radio. Atau rute perjalanan ada yang mengetahui.

Cari daerah terbuka untuk memudahkan tim SAR mengetahui dan bisa melakukan komunikasi lapang.

Cari lokasi yang terdapat sumber air dan persediaan makanan.

Menangani survivor yang menderita

Tindakan yang perlu dilakukan :

• Rawat survivor yang menderita atau sakit
• Membuat tempat berlindung yang aman dari cuaca buruk dan hewan yang berbahaya
• Hemat persediaan makanan yang ada dan berusaha untuk mencari tambahan di sekitar lokasi
• Siapkan dan buatlah tanda darat ke udara dengan piroteknik maupun dengan benda lainnya. Seperti smoke signal, flare, cermin, kain warna kontras, asap hasil membakar sampah, dan lain lain.

Tindakan bila meninggalkan lokasi :

1. Siapkan bahan dan perlengkapan yang berguna dan dapat dibawa dalam perjalanan
2. Tentukan arah yang dituju berasarkan kompas, matahari, atau alat penunjuk lainnya.
3. Tinggalkan pesan yang berisi jumlah survivor, kondisi fisik, perlengkapan dan bahan yang dibawa, serta arah yang dituju
4. Buatlah jejak yang jelas selama melakukan perjalanan
5. Ikuti punggungan gunung dan jangan mengikuti lembah atau sungai apabila berada di daerah pegunungan
6. Carilah makanan dan air sebelum persediaan yang dibawa habis
7. Cari dan buatlah tempat perlindungan atau bivak dan hindari melakukan perjalanan malam
8. Buatlah perapian untuk memasak, menghangatkan tubuh untuk melindungi diri dari serangga dan binatang buas.

Begitulah para netter, langkah langkah yang ada baiknya untuk kita mengerti dalam Teknik Jungle Survival. Sebagai tambahan, berikutnya saya akan menuliskan beberapa materi tentang Pionering, tambahan sedikit tentang survival, dasar dasar teknik packing yang menarik untuk kita ketahui, dan yang terakhir adalah tentang teknik pembuatan bivak secara umum.


PIONERING SURVIVAL PACKING BIVAK

I. PIONERING

Pengetahuan pionering dimaksudkan untuk memberikan petunjuk bagaimana seorang penjelajah melakukan perjalanan di alam bebas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu seorang penjelajah untuk merambah hutan atau daerah yang sangat rawan dalam maksud apapun yaitu dengan jalan pemilihan lintasan yang nantinya akan membantu seorang petualang.
Yang perlu diperhatikan oleh seorang pioner adalah bagaimana dia membawa diri atau kelompoknya untuk mencapai target yang disepakati dengan selamat. Oleh sebab itu seorang pioner harus memiliki pengetahuan dalam mencari jalan yang baik, enak, dan nyaman. Kedua adalah mencari tempat berlindung yang baik serta mampu membaca situasi disekelilingnya. Ketiga membuat perapian. Keempat adalah dapat mencari makanan (survival).

Pemilihan lintasan ini ada beberapa cara antara lain yang sering dilakukan adalah:
1. Memilih jalan setapak yang telah dibuat oleh penduduk setempat atau jalan yang telah biasa dilalui oleh sekelompok binatang hutan. Dapat juga memilih lintasan yang mudah yaitu dengan mengikuti aliran sungai yang dangkal dan daerah yang terbuka.
2. Mengikuti punggungan gunung.
Tetapi harus hati-hati dalam memilih jalan ini karena binatang buas sering menggunakan jalur ini karena lebih baik mencari mangsa di ketinggian dan lebih aman.

Membaca jejak sangat berguna bagi seorang pioner.

Biasanya pembacaan jejak dilakukan dengan jalan:

1. Membaca tanda-tanda jejak yang terdapat di tanah.
2. Terdapat ranting patah.
3. Sisa makanan.
4. Cacat khusus pada pohon atau tanaman.
5. Dan sebagainya.

Cara membaca jejak dapat dilakukan dengan memperhatikan sekeliling apakah ada keanehan atau perubahan disekeliling dengan tanda-tanda khusus seperti didsebutkan di atas.

Dalam mencari tempat berlindung yang baik dan perlu diingat adalah :

1. Mencari suatu tititk ketinggian dari daerah sekitarnya.
2. Memperhatikan arah mata angin.
3. mencari tanah yang kering.
4. Dianjurkan jangan di bawah pohon lapuk.

II. SURVIVAL
Tiba-tiba pada suatu saat anda berada pada lokasi yang terisolir jauh dari peradaban. Oleh karena itu, maka dituntut suatu usaha untuk mempertahankan hidup dengan memanfaatkan keadaan yang ada disekitar. Hal ini berarti alam beserta isinya bukanlah merupakan kawan atau lawan. Sebenarnya alam tidak memihak, jadi dalam hal ini faktor penting dalam survival adalah kemauan untuk tetap hidup dan kemauan untuk mencari makan.

S - Sadarilah sungguh-sungguh situasi kita
U - Untung malang tergantung ketenangan kita
R - Rasa takut dan panik harus kita kuasai
V - Vakum berarti kekosongan, isilah segera
I - Ingatlah dimana kita berada
V - Vivo (vivere) berarti hidup, hargailah hidup
A - Adat istiadat perlu ditiru
L - Latihlah diri kita dan belajarlah selalu

Dari uraian diatas dapat disimpulkan difinisi dari survival, yaitu :

- Suatu usaha untuk mempertahankan hidup dalam keadaan darurat dan berusaha untuk mengatasinya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
- Perjuangan untuk hidup.

Survival sendiri terdiri dari survival darat dan survival laut. Dapat dibagi lagi berdasarkan jenis medannya, sehingga dikenal :

a. Survival di hutan.
b. Survival di laut.
c. Survival di padang pasir.
d. Survival di kutub.

Pedoman yang harus digunakan

Hiduplah dengan segala yang ada disekitar kita, jangan menggantungkan diri pada bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas.
Dalam kalimat diatas pedoman yang harus digunakan adalah pedoman untuk HARUS HIDUP yang berarti :

H - Hadapilah situasi sulit dengan tenang dan bijaksana
A - Akal merupakan senjata ampuh
R - Rasa takut harus dihilangkan
U - Usaha melepaskan diri dari berbagai hal
S - Semangat dan tekad untuk mepertahankan hidup
H - Hormati adat setempat
I - Istirahat
D - Jangan sampai terjebak
U - Usahakan selamat dan jaga kesehatan
P - Praktekkan

Problema dan Tindakan

Pada dasarnya permasalahan di alam bebas dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu ; Masalah alam, Masalah diri sendiri, dan Masalah makhluk hidup lain.
Untuk melindungi tubuh dari pengaruh cuaca maka perlu pengetahuan perlengkapan yang digunakan dan cara-cara.

Membuat perlindungan.

Dalam keadaan demikian membuat api banyak gunanya seperti menghangatkan tubuh, memasak makanan dan minuman, mengusir binatang, asapnya bisa mengusir serangga, dan dapat digunakan untuk membuat tanda-tanda darurat. Untuk itu harus dikenal cara-cara membuat api.

Mengenal api

Api adalah sahabat sejati dalam kegiatan alam bebas. Dengan adanya api, moral para petualang sedikit banyak akan lebih tenang. Yang penting diperhatikan adalah apa yang disebut “segi tiga api” yakni : Udara, panas, bahan bakar. Jika salah satu tidak ada maka tidak ada api. Ketika membuat api usahakan ada ventilasi yang baik agar udara bebas keluar masuk. Setelah itu sediakan bahan bakar dan sumber panasnya.

III. PACKING

Ketika anda memutuskan untuk melakukan perjalanan di alam bebas maka perhatikan terlebih dahulu perlengkapan anda. Apakah sudah siap untuk dibawa dan tidak ada yang ketinggalan dan dikemas dalam suatu wadah yang kuat meskipun barang-barang yang anda bawa sedikit dan ringan.
Ransel merupakan tempat barang-barang yang lazim digunakan di alam bebas atau mendaki gunung dan yang paling penting pada ransel adalah :

1. Sabuk penggendong atau shoulder strap

Menyilang di bahu
- dilapisi busa dari bahan yang lentur supaya bahu tidak merasa sakit.
- Sabuk penggendong cukup lebar agar beban tersebar merata diseluruh bahu.
2. Sabuk pinggang
- penting bila beban sangat berat
- membuat ransel menempel mantap di punggung
- dan beban ransel sewaktu-waktu dapat dapat dipindah di pinggang
3. Memilih ransel yang memiliki ruang cukup luas
- barang bawaan yang diperlukan dapat dibawa
- ruang dapat digunakan untuk meletakan barang yang tidak terlalu berat dan diperlukan sewaktu-waktu.

A. Pengepakan

Pengepakan adalah suatu cara atau seni bagaimana meletakkan barang dalam ransel seefisien mungkin, rapi serta memiliki bentuk ransel yang bagus. Teknik pengepakan yang baik nantinya akan menentukan kenyamanan kita dalam melakukan perjalanan di alam bebas. Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam pengepakan:

2. Letakkan barang yang berat pada bagian atas dan barang yang ringan pada bagian bawah. Hal ini merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan karena berat ransel akan jatuh pada pundak yang merupakan bagian tubuh yang kuat. Membagi berat ransel agar antara sisi kanan dan kiri seimbang.
3. Letakkan barang-barang yang diperlukan selama perjalanan di bagian atas serta urutkan barang-barang menurut fungsinya lalu letakkan barang-barang sesuai kebutuhan. Misalnya perlengkapan tidur pada bagian bawah, pakaian di atasnya, kemudian peralatan masak tenda dan ponco dapat diletakkan di bagian atas agar pada saat hujan, ponco mudah untuk diraih.

Memanfaatkan ruangan yang ada dalam ransel seefisien mungkin, misalnya tempat makan (nasting) yang memiliki ruang kosong.

1. Bawa pakaian hangat dan jaket, kalau bisa parasit.
2. Sarung tangan untuk menghangatkan tangan
3. Topi/kerpus untuk menghangatkan bagian kepala terutama otak
4. Ponco
5. Tenda
6. Perelengkapan tidur
7. Perlengkapan masak
8. Makanan lebih baik yang banyak mengandung lemak dan protein serta karbohidrat
9. Korek api
10. Peralatan menjahit
11. Kaos kaki
12. Kantong plastik dan karet
13. Alat penerangan
14. Parang
15. Perlengkapan pribadi, okbat-obatan, peralatan sholat, perlengkapan mandi, dll.


IV. BIVAK

Pengertian yang umum adalah tempat tinggal sementara untuk bertahan hidup yang besifat melindungi dari serangan hawa panas atau dingin dan tempat untuk beristirahat. Hal ini berhubungan dengan survival dalam hal mencari tempat berlindung untuk melakukan pertahanan hidup dari kondisi lingkungan yang buruk. Pembuatan bivak dapat dilakukan dengan bahan-bahan yang diperoleh dari alam, seperti daun dan ranting kayu.
Bila seorang pendaki atau bersama-sama pastikan membawa tenda atau minimal jas hujan dan kantong plastik besar. Tenda merupakan tempat yang paling baik untuk beristirahat dan menentukan target berikutnya untuk esok hari dalam perjalanan serta aman dari angin dan hujan. Untuk itu diperlukan pengetahuan untuk mendirikan bivak yang sesuai dengan syarat:

1. Bangun pada tempat yang datar
2. Jangan mendirikan bivak di puncak gunung
3. Jangan mendirikan tenda di puncak dan terbuka untuk menghindari bahaya petir
4. Jangan mendirikan tenda tepat di tempat yang cekung
5. Hindari pendirian tenda tepat di bawah kayu lapuk atau mati
6. Tempatkan bagian terbuka dari bivak berlawanan dengan arah mata angin. Dengan mengetahui arah mata angin, maka lebih mudah membaca jatuhnya air hujan sehingga dapat menentukan tempat perapian yang baik.

A. Tempat membangun bivak

Pada dasarnya bivak bisa dibuat di atas pohon dengan jalan membuat penyangga. Usahakan dengan menggunakan bahan yang kuat seperti bambu, kayu, dll.

Pada umumnya bivak dibuat di atas tanah yang dapat dilakukan pada:

1. Bekas pohon yang telah tumbang yang membentuk rongga di bawahnya. Tetapi harus diperhatikan kualitas kayunya demi keselamatan kita.
2. Bila ditemukan gua sebaiknya diperiksa sekitar gua apakah ada jejak, bau amis, sisa kotoran dari binatang buas. Jika tidak ada, gua dapat ditempati tetapi sebelumnya harus dibersihkan dulu.
3. Membangun dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita.
4. Pada daerah yang berbatu, carilah daerah berbatu kokoh dan tidak mudah runtuh.

B. Cara membangun bivak

1. Lakukan penyesuaian antara tempat dengan tenda yang kita bawa. Itu kalau kita membawa tenda.
2. Ponco atau kantong plastik.
3. Menggunakan bahan-bahan alam.

Para netter, itu adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana seharusnya kita bertahan hidup di alam bebas. Sepintas memang ini seperti hanya teori saja dan sulit untuk dipraktekkan jika kita benar benar berada di posisi sebagai survivor. Namun demikian setidaknya hal yang sederhana diatas bisa sedikit membantu manakala kita ada di posisi yang tidak kita inginkan. Terimakasih dan semoga bermanfaat meskipun hanya sepenggal.


ASAL MULAH PENCINTA ALAM INDONESIA


Tahun 2014 ini, genap sudah organisasi pencinta alam di Indonesia berumur 54 thun. Sejak kehadirannya pada dekade 60-an, organisasi pencinta alam di Indonesia makin meningkat dengan pesat. Baik itu perorangan maupun kelompok. Peminatnya terus bertambah , tidak hanya dari kota-kota besar tapi sudah tersebar sampai ke pelosok Nusantara. Menurut catatan PIPA ( Pusat Informasi Pecinta Alam, suatu wadah yang pernah didirikan oleh LIPI – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ada sekitar 1500 perhimpunan pencinta alam di Indonesia. Itu pada tahun 1995, entah sekarang, yang jelas statistik itu pasti membengkak lagi.
Namun seiring dengan bertambahnya bentuk kegaitan prestasi dan prestise meningkat, ternyata banyak sekali perhimpunan pencinta alam yang ada sekaran tidak mengetahui sejarah asal usul pencinta alam itu sendiri. Kalau seseorang tidak mengetahui apa yang di cintai, apakah mungkin akan tumbuh rasa cinta pada sesuatu tersebut ? Hal ini mengakibatkan banyaknya perhimpunan pencinta alam yang hanya sekedar mengusung simbol-simbol serta kebanggaan dengan memasang berbagai atribut atau aksesoris agar nampak seperti pencinta alam, tetapi perilakunya tidak mencerminkan hal itu.
Padahal di awal kehadirannya, organisasi yang “ lahir “ di atas kemelut politik ini telah memiliki visi dan misi yang jelas, yang paling sederhana adalah pembentukan character building. Di salah satu artikelnya yang berjudul Menaklukkan Gunung Slamet yang terangkum dalam buku Zaman Peralihan Soe Hok Gie ( Alm. ) menulis seperti ini... Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal akan obyeknya, dan mencintai tanah air Indonesia dapat di tumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itu kami naik gunung. Melihat alam dan rakyat dari dekat secara wajar di samping itu untuk menimbulkan daya tahan fisik yang tinggi. “ Libur ini kami ingin mendaki gunung yang berat”. Kami terangkan pada mereka…
Berdasarkan tulisan di atas, almarhum memahami benar bahwa orang yang bergerak dalam kegiatan autdoor seperti ini umumnya memiliki kemampuan fisik, sikap serta intelegensia yang baik. Dan itu jelas merupakan modal yang bagus untuk pembangunan. Namun yang terjadi sekarang justru kebalikannya. Banyak yang mengklaim dirinya pencinta alam tetapi dalam kegiatannya sebenarnya justru malah merusak alam. Apakah itu bukan salah kaprah namanya…..?
Asal – Usul Pencinta Alam. 
Kelahiran pencinta alam di Indonesia memang tidak diketahui secara pasti tanggal dan bulannya. Namun yang jelas, cikal bakal kegiatan ini mulai hadir sekitar tahun 60-an. Konon istilahpencinta alam itu sendiri pertama kali dikenalkan oleh ( Alm. ) Soe Hok Gie, salah satu pendiri Mapala UI. Namun penulis sendiri yakin, bahwa almarhum tidak akan pernah menyangka bila istilah yang diperkenalkannya itu kelak akan masuk ke dalam kosa kata Bahasa Indonesia, karena awal kehadirannya pun “ Cuma “ sebuah rangkaian kecil dari sejarah politik Indonesia pada saat itu.
Keteika Presiden Soekarno semakin terpengaruh oleh Partai Komunis Indonesia, atmosfir politik di Indonesia otomatis terpecah menjadi dua. Satu pihak yang berada di belakang Soekarno menyebut dirinya sebagai kelompok Revolusioner, sementara pihak yang tidak sejalan dengan garis kebijaksanaan Seokarno dianggap kelompok kontra-revolusioner atau kelompok reaksioner. Ternyata, kondisi seperti itu merambah pula dalam dunia kampus. Mahasiswa ikut-ikutan terpecah menjadi dua, yaitu kelompok mahasiswa revolusioner dan kontra-revolusioner.
Di antara kelompok mahasiswa yang saling bersebrangan itu, ada juga kelompok mahasiswa yang bersikap netral meskipun lokal sifatnya. Di Jakarta, ada kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya Ikatan Mahasiswa Djakarta ( IMADA ) serta Gerakan Mahasiswa Djakarta ( GMD ). Di Bandung sendiri organisasi mahasiswa yang bersikap netral adalah Perhimpunan Mahasiswa Bandung ( PMB ) dan Corps Studiosorum Bandungense ( CBS ).
Pertentangan antara kedua kelompok mahasiswa itu kian hari kian menguat frekuensinya. Masing-masing berusaha untuk saling menjegal satu sama lain. Dalam ruang lingkup yang lebih kecil, kemelut politik yang sebenarnya akar permasalahannya justru berada di luar kampus itu mulai ‘ menyerang’ ke dalam fakultas, tak terkecuali Fakultas Sastra Universitas Indonesia ( FUI ) harus terkena pula imbasnya. Sampai-sampai dalam pemilihan ketua senat pun, para kandidat yang muncul adalah mahasiswa-mahasiswa yang membawa bendera-bendera organisasi tertentu. Namun ternyata, tekanan dari kelompok revolusioner kian lama kian menguat, dan kelompok yang netral justru semakin terjepit diantara kekuatan –kekuatan tersebut.
Dalam kondisi terjepit seperti itu. Kelompok netral yang berada di FSUI mencoba untuk “ menggeliat” dengan melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan itu. Baik di lingkungan kampus maupun di luar. Kelompok yang semakin hari semakin banyak peminatnya itu dimulai “ melawan” dengan cara sendiri. Seperti menyelenggarakan diskusi, memutar film dan kegiatan lainnya. Sementara untuk kegiatan keluarnya, mereka selalu memiliki agenda untuk menyelenggarakan perjalanan bersama ke gunung-gunung maupun ke dusun-dusun sepi.
Rasa senasib sepenanggungan dalam perjalanan, terkucil dari “keramaian “ politik serta rasa terpencil itulah yang membuat mereka bersama-sama untuk “ berkeluh kesah “ pada Sang Pencipta. Mereka adalah kelompok mahasiswa yang tidak rela almamaternya ( FSUI ) dijadikan ajang pertarungan politik guna kepentingan luar. Kemudian kelompok ini menamakan diri sebagai pencinta almamater. Selain dimotori (Alm.) Soe Hok Gie, juga ada Herman O. Lantang, Asminur Sofyan Udhin, Edi Wuryantoro serta Maulana.
Dalam skala kecil, hikmah yang bisa diambil oleh mereka adalah mendapatkan kawan yang senasib sepenanggungan sementara lingkup yang luasnya, yaitu bahwa ternyata untuk mencintai dan membangun negara tercinta tidak selalu harus dengan cara berpolitik. Masih ada cara lain selain saling “ sikut-sikutan” guna kepentingan penguasa. Mendaki gunung misalnya.
Atas dasar pengalaman serta penderitaan itulah yang kelak kemudian menjadi cikal-bakal organisasi yang untuk pertama kalinya menggunakan istilah pencinta alam, yaitu Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Prajnaparamita FSUI. Prajnaparamita sendiri adalah lambing jati diri dari FSUI yang berarti Dewi Kesenian dan Ilmu Pengetahuan dalam mitologi India, karena memang pada saat itu Mapala hanya milik FSUI. Baru pada tahun 1971, ketika Mapala resmi menjadi bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa di UI, maka para pendirinya dengan tulus melepaskan hak atas nama Prajnaparamita itu.
Pada perkembangan selamjutnya, ketika organisasi seperti itu mulai menjamur, para “ elite” pencinta alam di tanah air mulai merasakan bahwa sudah tiba waktunya dibentuk suatu Kode Etik bagi pencinta alam. Setelah beberapa tahun dirumuskan, baru pada Gladian ke-IV lah kode etik bagi pencinta alam dikumandangkan di Ujungpandang ( Makassar).
Antara Lalu dan Kini : Hakekat Yang Telah Bergeser.
Berdasarkan kisah di atas, jelaslah kiranya bahwa fenomena kelahiran pencinta alam di Indonesia pada mulanya hanya didasari oleh sikap “ perlawanan” dan hasil “kontemplasi” dari sekelompok mahasiswa FSUI terhadap establishment ( kemampuan ) atau bisa jadi juga sebagai bentuk escapisme ( pelarian ) dikarenakan rasa tidak berdaya, aliansi dan anomi.
Dalam lingkup kegiatannya, idealisme memang diwujudkan di sini. Sampai sekarang pun, idealisme itu masih tetap terpelihara dengan tidak berdirinya organisasi pencinta alam – baik itu berada di SMU, Universitas maupun yang berdiri sendiri – pada satu kekuatan atau warna politik tertentu. Karena sampai saat ini, belum pernah kita dengar ada organisasi pencinta alam yang demo kepada pemerintah menuntut “ jatah” kursi di DPR. Kode etik yang diikrarkan pada tahun Namun setelah lima puluh tahun berlalu, idealisme dan makna serta hakekat pecinta alam itu sendiri semakin luntur. Kode etik yang diikrarkan pada tahun 1974 kini hanya menjadi slogam belaka atau sekedar lips service saja, karena baru akan dikumandangkan pada saat kode etik itu memang perlu dibacakan. Misanya, tiap diselenggarakannya diksar. Tapi ironisnya, hal itu tidak masuk pada perilaku kehidupan sehari-hari.
Kalau sudah begini, maka urusan pelestarian alam yang jelas-jelas tertuang pada kode etik tersebut hanya menjadi omong kosong belaka. “ Penyakit “ seperti itu kian waktu semakin merasuk di kalangan pencinta alam. Akibatnya adalah semakin banyaknya para pencinta alam yang tidak menyadari keberadaan dirinya. Padahal seharusnya mereka memiliki point yang lebih daripada orang-orang yang tidak pernah / belum memasuki organisasi pecinta alam, khususnya soal kesadaran dan kepeduliaan akan lingkungan hidup. Bukankah inti dari kode etik itu adalah soal kesadaran akan alam dan upaya manusia untuk mencintai alam.? Yang berarti pula mencoba untuk mencintai Sang Pencipta lewat kegiatannya tersebut.
Sebagai bagian dari suatu masyarakat yang lebih besar, sudah saatnya kalangan pencinta alam tidak menutup diri dari perkembangan yang terjadi di luar dirinya. Dari tahun ke tahun, organisasi semacam ini dituntut untuk terus berpartisipasi aktif guna mengisi pembangunan di tanah air. Karena memasuki abad 21ini, pilihan yang berada di depan hidung para pencinta alam semakin banyak dan kompleks sementara makna serta hakekat dari pencinta alam itu sendiri sebagai pelestari alam semakin kabur jauh entah kemana.
Sepertinya, sudah tiba saatnya organisasi para pencinta alam “ bersatu “ kembali guna mengembangkan ide serta bentuk kegiatan yang bermanfaat dalam bentuk yang konkrit. Hal ini bukan saja buat dirinya tetapi juga buat masyarakat, tempat di mana golongan ini hidup dan berkembang. Terutama sekali buat “ Ibunda “ kita semua, yakni alam terbuka. Tempat dimana kita bermain dan berkegiatan . Semoga…….
( Dimuat di Majallah Wanadri Edisi 9 Juli – Agustus 2001 


memberikan motivasi tersendiri



Gunung merupakan sebuah tempat dimana kita dapat banyak belajar kepada alam raya, tentang kebijaksanaan dan kedamaian hati, serta makna dari kehidupan yang kita jalani. Pendakian gunung-gunung tinggi banyak mengajarkan kepada manusia tentang berbagai hal dalam kehidupan. Banyak pendaki yang menjadi lebih bijaksana setelah belajar pada alam dalam setiap pendakian gunung yang dilakukannya. Gunung seperti sebuah surga yang selain memberikan kita pesona keindahan, juga memberi pelajaran tentang kehidupan.
Banyak sekali kutipan kata-kata pendaki gunung yang telah menginspirasi kehidupan orang-orang. Kata-kata tersebut begitu indah dan dapat memberikan motivasi tersendiri karena memang didapat dari mereka yang telah belajar kepada alam lewat mendaki gunung-gunung tertinggi. Selain kutipan kata, cerita-cerita perjalanan mereka pun amat sangat banyak memberikan inspirasi bagi kehidupan masyarakat, terbukti dengan banyaknya kar


 
Copyright © 2016 COPALA Indonesia